Waktu, Hidup

Waktu: Itu, Kini, Nanti
Hidup: Jiwa atau Nyawa


Masa kita belum terluka karena daun dan biluh bambu,
masa kita pikir bentangan laut itu biru,
masa kita rewel dengan jalan berbatu,
masa kita rasa resah dan ragu adalah ketidakpunyaan, bukan ketidakbisaan dan dilema.

Kalau kamu tanya mengapa masa itu selesai, jawabku
"Kita tumbuh, kita berkembang,
kita jatuh, kita terluka,
kita pulih, kita pupus"
"Karena masa adalah finit dan berbatas,
karena masa adalah nisbi,
karena masa adalah tidak abadi"




Aku yakin hidup ini bukan cuma sekuel
buat menampilkan cerita atau apa,
buat memesona orang-orang,
buat memenuhi keinginan ini dan itu,

yang terpotong di sana-sini untuk menunjukkan pentingnya bagian-bagiannya.
Hidup ini utuh, dari cercah hingga pupus.

Hidup ini:
berserah, patuh, menghiasi diri,
berbuat baik, berkata baik, berpikiran baik,
menyadari keliru dan salah,
berserah, patuh, menghiasi diri,
berbuat baik, berkata baik, berpikiran baik,
menyadari keliru dan salah,
berserah, patuh, menghiasi diri,
berbuat baik, berkata baik, berpikiran baik,
menyadari keliru dan salah,
...

Hidup ini utuh, dari cercah hingga pupus.


Dewasa?
Cacah hitungan revolusi terhadap surya melampaui jumlah tertentu,
atau hukum yang mengenaimu telah berganti,
atau sekadar tindakmu lebih rasional ketimbang menjunjung mimpi dan harap.

Kita selalu kita,
entah menangis, entah tertawa, entah tersenyum, entah diam.
Tidak ada yang benar-benar berganti,
lingkunganmu hanya berubah.

Lakukan apa-apa yang kamu perlu lakukan,
ingat apa yang kamu lakukan baik,
ingat apa yang kamu lakukan berantakan,
ingat apa yang kamu lakukan keliru,
pikirkan, renungkan,
lakukan lebih baik,
hingga pupusmu.


___
ditulis pakai Geany, dini hari tadi
makasih buat Bayu yang mau bikinin tipografinya (aku kopok lek ngenean)

0 rants:

Posting Komentar