Doa Nasionalis

 Mumpung lagi peringatan Hari Proklamasi Indonesia, tulis-tulis, la.

Di musim Agustusan ini, saya jadi lebih sering dengar doa ini:
رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
(Kahf: 10)
Tuhan kami, datangkan pada kami (sebagian) rahmat dari sisiMu dan siapkan kami dari urusan/masalah kami sebuah jalan/solusi yang lurus.

Di Indonesia, doa ini turut dipopulerkan oleh Gus Dur keempat; kata Beliau washilahnya dari Sunan Ampel. Kalau ada ceramah di momen kenegaraan, Beliau biasanya menutup ceramahnya dengan dota ini. Pak Tri biasanya juga gitu, sih. Hehehe.

Ayat ini turun atas ketidakpuasan sekelompok orang atas pemerintahan di tempat mereka tinggal. Mereka memutuskan untuk mengungsi ke dalam gua: berdoa, ngetem, tidur(?), sampai pemerintahan tersebut berganti. Doa ini dihaturkan sebelum mereka mengungsi, berharap rahmat (cinta Tuhan buat kita dalam kondisi yang susah dan tidak mengenakkan) dan minta dipersiapkan untuk konklusi krisis tersebut dengan jalan yang tidak memancing lebih banyak kerumitan. Saya tentunya bukan ahli tafsir, tapi kira-kira begitu, lah. Pean juga bisa puter-puter sendiri maknanya dari terjemah bebas tersebut.

Mengungsi, menjauh, lari dari masalah; nampak pengecut, pasif, tidak menyelesaikan masalah, tidak pro-aktif, tidak solutif. Tapi cuma beginilah yang rakyat di kondisi yang tertekan bisa lakukan: berdoa, belaku baik secara mandiri, bertahan hidup sekenanya sendiri. Dewasa ini kita juga banyak ndak terima sama pemerintah Indonesia: yang banyak hutang negara, banyak korupsi, birokrasi banyak pungli, banyak pencitraan. Bentuk nasionalisme kita sebagai rakyat--selemah-lemahnya--berdoa begini, berusaha sekenanya. Kita bisa au-ah-gelap sama pemerintah, tapi sama Tuhan--sebagai umat beragama--tetap doa, lah.

Sekaligus tentang nasionalisme. ada hadits yang berkaitan:
حب الوطن من الايمان
Cinta negara adalah bagian dari Iman.

Negara di sini apa yang dimaksud? Kira-kira ada beberapa kata berbeda yang digunakan untuk negara di Bahasa Arab
وطن     : bangsa, entitas sosial-manusia dari negara
بلد        : tanah air, entitas fisik dari negara
دولة    : entitas politis dari negara
ولايات     : unit kesatuan negara, federasi

Yang kita cintai dan dekap erat ini bangsanya: orang-orang dan budayanya. Tanah tempat kita hidup bisa ganti (seperti kalau jadi emigran macam saya): pengkolan depan Sudimoro sudah ganti ruko, nasi pecel Pasar Blimbing kadang ndak jualan, pohon sawo depan rumah Mbah putri ditebang karena banyak ulat. Entitas politik yang berlaku langsung sama kita juga berganti, unit administrasinya juga begitu: pilihan presiden, pilkada, penempatan kerja, percaturan politik global yang molak-malik.

Tulisan ini tentunya jauh dari genap, tapi ya begini sudah lah, ya.

 


والله الموفّق إلى أقوم الطّريق

hape kok jadi kurang bebas, nyak

Saya rindu masa-masa di mana saya ndak peduli hape mau jalan model gimana; asal bisa telpon, sms, import backup kontak dari file yang disimpan di komputer kotak; hape bisa digimanain aja. Kita bebas pasang/hapus aplikasi, flash image ROM sistem operasi hape, hape macet seminggu...

Kalau sekarang kita tergantung banget sama hape. Aplikasi bank harus dari hape, registrasi otentifikasinya masyaAllah banyak factor (yang memang seharusnya begitu, sih). Akun jejaring sosial yang riweuh ngecek grup, histori percakapan, dan lainnya. Suite aplikasi yang hendak dipasang dari Play Store (saya pakai android, sih)... banyak, lah.

Sedih juga belakangan ini saya ndak bisa pasang ROM baru di hape saat pagi hari, tetep bisa berkomunikasi sama kolega saat siangnya. Besoknya bisa jadi pakai ROM yang lain...