Spiritualisme dalam Bersepeda

Spiritualisme dalam Bersepeda

Buat tiap orang bersepeda adalah pengalaman dan alasan yang berbeda. Bersepeda bisa jadi olahraga, (alternatif) transportasi, gaya hidup, profesi, atau sekadar mengikuti tren/gaya. Tapi lebih jauh dari itu, beberapa orang merasakan bersepeda adalah sebagian dari pengalaman spiritualisme.

Bukan sedikit kita lihat atlet di Grand Tour yang mengenakan kalung rosary, berdoa kemudian menyilangkan tangan antara bahu saat start, atau mengangkat tangan ke langit saat memengangkan etape untuk menghormati rekannya yang meninggal.
--RIP: Castarelli, Weylandt

--sayangnya di RB Road Rage atau Rampage biasanya bukan doa tapi kata-kata kotor dibarengi acungan jari tengah, duh. Ga bisa disalahkan juga, sih.

Kadang saat kita begitu lelah dan badan tidak lagi bisa diajak kompromi: kita tidak bisa mengatur ritme nafas dan kayuhan, pandangan kehilangan fokus, pusing di kepala dan sebagainya; kita sadar badan ini bukan milik kita--badan kita milik Tuhan.

Lebih ekstrem lagi, saat kita mengalami kecelakaan, entah itu ditabrak/menabrak, terpelating, tersenggol, terbentur, malfungsi rem, terantuk lubang/gundukan, terpeleset, dan sebagainya; kemudian jatuh tergeletak tidak berdaya--harusnya kita sadar bahkan nyawa ini hanya titipan, selebihnya milik Tuhan.

Terlepas dari agama yang dianut, melibatkan aspek spiritualisme dalam bersepeda tentunya hal yang baik. Kita akan menjadi pribadi yang semakin arif dan baik seiring dengan tingginya mileage, toh doa tidak akan menambah massa sepeda. :)

Buat saya, berdoa sebelum/saat/setelah bersepeda itu penting. Kita tidak tahu kapan akan terlempar di turunan, kapan ban akan selip saat tikungan, kapan akan menyenggol teman saat ramai-ramai, kapan rantai putus waktu tanjakan, kapan celah di antara dua kendaraan tidak cukup lebar untuk dilalui, kapan jarak cukup untuk mendahului dan memotong kendaraan di depan; atau sekadar memberi kepercayaan diri sehingga kita bisa mengayuh lebih keras, cepat dan lama.

بسم اللّه توكّلت على اللّه, ﻻ حول و ﻻ قوّة اﻻّ باللّه العليّ العظيم
I submit myself to God, as there is neither power nor might except within God

Artifisial Sistem Daya?

Sebetulnya sudah cukup lama aku mau post hal ini, tapi urung karena sebab-sebab yang kurang jelas.

"ASD" (a-es-de) dari dahulu (sebelum perubahan kurikulum di Elektro) sudah menjadi singkatan untuk dua mata kuliah berbeda:
- Algoritma dan Struktur Data,
- Analisis Sistem Daya (I dan II).
Nah, begitu pula candaan: **Algoritma Sistem Daya** (lol). Sementara "Analisis Struktur Data" adalah frasa yang cukup logis sehingga tidak jadi bahan candaan.

Sejak kurikulum baru diterapkan, hal yang lebih aneh terjadi:

"Artifisial Sistem Daya", oh no! Nama matakuliah aslinya adalah "Artificial Intelligent dalam Sistem Daya", tapi kalau ditulis setengah hati gini kok jadi lucu, yak.

Kejatuhan Durian [AVR]

Setelah kemarin sempat berpeluh untuk berusaha sendiri compile toolchain AVR di Slackware64 menurut manualnya avr-libc dan masih ada beberapa object yang ga di-build (dan aku juga ga tahu konfigurasinya di mana, macam: crtm8.o), akhirnya ada yang bisa meringankan bebanku.

slacky@kambing.ui ternyata menyediakan package binary-nya, yay!
avr-binutils, avr-gcc, avr-libc, avrdude.

Tugas kuliah Embedded System, here I come! (tinggal pinjam USBasp punya temen-temen)
___
Ngomong-ngomong, koneksi lewat Inherent dilewatkan pakai IPv6, yah?

One liner shell of the day : #10

Gara-gara mau nge-mirror website yang dengan konten tertentu yang aku suka, dan (sayangnya) website tersebut menggunakan robots.txt agar tidak bisa langsung di-crawl

Maka:
wget -cvrkK -e robots=off sitenya.com/disini

Keterangannya: kontinyu, verbose, rekursif, bentuk struktur direktori yang sama, pakai cookies yang tetap, dan matikan crawler robot

Yeah!

Lab Pro[sessing]?

Baru sadar kalau label salah satu laboratorium di Elektro kurang tepat ejaannya. See:


Seperti yang lain, "Endonesian Engrish".

Laboratorium yang dimaksud adalah Laboratorium Bengkel Elektronika, entah mengapa lebih sering disebut sebagai "Laboratorium Proses" (padahal ga tahu proses apa?). Tapi kalau ditulis "Lab. Prosessing" semacam kurang cocok atau apa, ya? Andai ditulis dengan bahasa Inggris, Device and IC Processing Lab tentunya lebih tepat.

Flyer Bike to Work

Ini selebaran (resmi) yang dibagikan Bike to Work, isinya tentang undang-undang perlingungan pengendara sepeda, tips bersepeda (ke tempat kerja) yang aman, isyarat-isyarat dan lainnya. Aku sih cuma scan dan pasang di sini (ngebanyakin isi blog, hehe).





(klik untuk melihat dengan ukuran lebih besar dari picasaweb)

Hening atau Tenang?

Menambahi post sebelumnya tentang poster yang salah pilih kata, kali ini konteksnya kurang 'makcep'


Kali ini tulisannya "Keep Silent", poster yang ini sudah ditempel sejak sebelum UAS (tapi aku kurang tahu kapan)

Bukan maksudku minta ini-itu, tapi kalau dicermati artinya silent itu hening. Berarti diskusi baik-baik di depan ruangan kelas sambil nunggu dosen semacam dilarang, dong? Keep Quiet (Tetaplah tenang!) sepertinya lebih proporsional, yak!

Sembrono Bersepeda

Dari dulu banyak orang yang bilang cara saya mengemudikan sepeda itu 'sembrono', padahal aku pikir itu cuma sekadar 'agak sedikit cepat dengan jarak yang sedikit sempit'. Mari kita paparkan beberapa poin.

1. Beberapa kali saya mengalami kecelakaan dan menyebabkan kecelakaan (kecil) saat mengendarai sepeda.

Saat saya yang 'menderita' kecelakaan kesemuanya adalah kecelakaan tunggal, penyebabnya adalah kesalahan pengamatan medan: jalan berpasir sehingga mengurangi grip ban saat belokan, berada terlalu dekat dengan kendaraan lain sehingga susah terlihat oleh kendaraan yang lain lagi (berbeda dengan yang 'lain' yang pertama :D ).

Ada juga kecelakaan tunggal karena iseng sendiri, tapi saat itu kondisi jalan benar-benar sepi atau saya sedang berada di bahu jalan, aku pinggir tidak akan membayakan pengendara lain. Pernah juga dikarenakan malfungsi peralatan, tapi kecelakaan saat itu segera berlalu karena 'korban' dapat memaklumi (waktu itu cleat macet).

Saat saya menjadi sebab kecelakaan, seingat saya cuma 2 kejadian:
- saya menyenggol payung anak kecil yang sedang jalan di bahu jalan karena grip ban yang sudah aus (aku bener-bener maaf, Dek!),
- pengendara motor jatuh tepat di depan rumah ketika saya belok tajam ke kanan untuk masuk garasi rumah. Menurut saya penyebabnya karena pengemudi motor mengambil jarak yang yang terlalu dekat dengan saya pada bagian kanan lajur (padahal aku sudah memakan lajur dari arah berlawanan, lho!), dan saya tidak sempat memberi isyarat belok karena tepat sebelum itu berpapasan dengan kendaraan dari arah sebaliknya. (hayoo, bisa bayangin ga?)

2. Kelajuan rata-rata saya memang (sedikit) di atas kebanyakan pengendara sepeda di perkotaan.

Sering saya lihat speedometer pengendara motor untuk melihat kecepatan saya (maklum belum beli cyclocomputer), sekitar 30+ kmpj dengan roadbike (or wannabe) dan 20+ kmpj dengan city bike. Dan tidak jarang segera mengambil lajur kanan saat melaju agak cepat.

3. Jarak selebar dua sepeda adalah jarak yang aman untuk mendahului kendaraan lain (menurut saya pribadi, sih).

Jarak selebar 2 menurut saya sudah (lebih dari) cukup untuk mendahului kendaraan lain dengan beda kelajuan tidak kurang dari 5 kmpj (1,4 m/s) di jalan yang lalu-lintasnya tidak lebih kencang dari 40 kmpj. Sebagai contoh dengan angkutan umum (di Malang) tidak lebih panjang dari 7 meter, jadi dalam 5 detik kita dapat mendahuluinya dengan jarak yang cukup (sekitar semeter) untuk bermanuver ke kanan-kiri untuk memosisikan sepeda kembali ke lajur.

Tentunya kendaraan berbeda yang akan didahului memberikan perkiraan yang berbeda tentang jarak dan waktu yang dibutuhkan, jadi semuanya harus sama-sama 'memberi jalan'.

3. Saya termasuk orang yang peduli dengan 'agresivitas' rem.

Rem di sepeda saya selalu saya atur pada pengaturan yang agresif, jarak brakepad dan rim yang sempit, ujung tuas rem mudah dijangkau sehingga memungkinkan memberikan kuasa yang besar pada tuas rem untuk hard-braking. Sering saya menemui pengaturan rem yang 'asal berhenti' pada sepeda orang lain, and that's not nice!

4. Saya ga butuh 'gaya-gayaan'
Menurutku, bersepeda itu tentang efektivitas, keamanan, dan kenyamanan. Saya ga mau gaya-gaya macam 'no-hand' saat dekat dengan kendaraan lain yang jaraknya tidak tidak lebih dari lebar sepeda (atau pakai sepeda doltrap!)

5. Saya berusaha menjaga konsentrasi di jalan.

Menggunakan ponsel saat mengemudi, bercakap-cakap dengan teman yang kebetulan bertemu di jalan---ugh, menurutku bukan tindakan yang baik.

6. Saya tidak pernah berniat menjatuhkan orang lain di jalan.

Pernah saya dipepet pengendara motor yang habis saya dahului (dari kanan). Pengendara motor tersebut nampak tidak terima (baca: tersinggung) dan kembali mendahului saya, namun entah kenapa mengurangi kelajuannya setelah itu. Saya sih yang masih lebih cepat mendahuluinya dari kiri (saat itu jalan sepi sehingga berani ambil dari kiri). Pengendara tersebut memojokkan saya ke bahu jalan sambil berteriak, "Mau apa kamu?!".

Jujur, saat itu saya terpikir untuk menggoyang kemudi sepeda motornya sehingga pengendara jatuh kemudian saya pukulkan footstep sepeda yang tajam ke wajahnya waktu dia masih meronta kesakitan lepas jatuh dari motor. Tentunya saya urungkan niat buruk tersebut karena tentunya pikiran jahat tersebut bukan tindakan manusiawi.

7. Saya tidak ingin membahayakan pengendara lain.

Jika terjadi kecelakaan, saya berusaha meminimalisir efek dan jumlah korban. Taruhlah korbannya cuma saya dan dengan posisi badan yang benar sehingga hanya luka lecet yang didapat.

Jadi menurut Anda, 'sembrono'-nya saya sekadar 'ugal-ugalan' atau nimble handling and measured speeding?

One liner shell of the day : #9

Sebetulnya ga beda jauh dari artikel "one liner shell" yang lain, tapi ga apa-apa lah buat menuh-menuhin blog--maklum lama ga diisi.

Setelah install Salix64 13.37 XFCE (naik dari Salix64 13.1 fluxbox), maka setting personalisasi ini dan itu harus dibikin lagi, termasuk shortcut keyboard buat volume suara, kali ini buat kontrol besar-kecilkan volume suara.

amixer sset PCM 4%+ untuk tombol XF84AudioRaiseVolume, dan
amixer sset PCM 6%- untuk tombol XF84AudioLowerVolume

Lalu kenapa turunkan volume lebih besar dari menaikkan: biar lebih cepet waktu pas dengerin musik/film terus dipanggil orang atau angkat telepon. :)

Java (revisited): gara-gara tugas

Nah, 'pamer' tugas lagi, nih :( (publishnya kok juga mepet sama deadline tugas)



Kalau yang ini bikin form 'pendaftaran' yang dulu--hardcoded.
kode: form pendaftaran yang lama



kode: pakai designer
Sejenis dengan sebelumnya, cuma softcoded (isitlah apa itu?!) dengan designer di NetBeans.


Yang ini punya popup notifikasi jadi tampak seperti ini:

kode: tambah pop-up
Actionnya tiap Component ditaruh di ActionListener yang anonim. Tinggal timpa fungsi actionPerformed(ActionEvent e) dengan 'kelakuan' yang dibutuhkan.
________
Walaaa, kuis hari ini!

(damn basic) Threading on Java + Qt

Kalau ditanya threading itu apa, aku definisikan begini: unit kecil dari program yang rutinnya dapat berjalan secara mandiri dari program induknya. Harusnya ada korelasinya dengan syscall fork(), tapi belum tahu di mana. :D

Mari pelajari code-nya:
- contoh thread di Java,
- contoh thread di Qt

Di Java, kita dapat membuat thread berupa sebuah class sendiri yang extends dari java.lang.Thread. Kita disuruh menimpa fungsi run() sesuka kita. Sebetulnya ada cara lain dengan implements dari java.lang.Runnable, tapi bukan preference-ku, deh!
--selebihnya perbedaan kedua metode bisa dibaca di artikel dari stackoverflow ini

Di Qt kurang-lebih sama, inherit QThread, tumpuk fungsi run(), dan viola!

Dari dua contoh di atas, kita bisa ambil kesimpulan:
- karena thread menjalankan hanya fungsi di run(), maka coding program bakal terasa sekuensial di situ (padahal OOP),
- beberapa thread bisa jalan secara independen (and kinda 'scrambled'), dan bisa diatur prioritasnya masing-masing,
- kita harus tahu bagaimana mengontrol thread: mulai, tahan, ulang, selesai, dan lainnya.
- thread rekursif? coba, deh! :)

____
Untuk fungsi-fungsi yang berkaitan dengan kontrol: start(), suspend(), stop(), prioritas , komunikasi antar thread, dan sebagainya bisa dirujuk sendiri ke dokumentasi masing-masing, ya!

bikin repo OpenBSD 4.8 pakai vsftpd

Berbuhung di LInK (Laboratorium Informatika dan Komputer Elektro) mau praktikum Jaringan Komputer untuk semester ini, repot-repotnya ngrusin OpenBSD dimulai lagi.

Gambaran umum pekerjaannya adalah pasang OpenBSD di beberapa komputer, konfigurasi antarmuka jaringan, install paket, done!

Berhubung kalau install dari Repo OpenBSD-nya ITB ya lumayan cape nginget URL-nya. Maka ada strategi baru yang diterapkan:
- mirror isinya repo tersebut,
- pasang di server ftp (atau http) lokal yang OpenBSD juga,
- konfigurasi variabel $PKG_PATH, lalu pkg_add di klien.

Urusan mirror me-mirror tinggal mudah:
wget -cvr --noparent ftp://10.100.100.254/ftp.itb.ac.id/pub/OpenBSD/4.8/packages/i386/
(kebetulan pakai 4.8, belum sempat naik pangkat jadi 4.9)

Pasang vsftpd dengan pkg_add -l vsftpd dari direktori hasil nge-mirror (kan tadi udah di-mirror semua)
Konfigurasi /etc/vsftpd.conf macam begini:

## contoh konfigurasi vsftpd anonim
listen=YES # bolehkan koneksi masuk
ssl_enable=NO # ga perlu SSL
local_enable=NO #ga perlu pakai otentifikasi user lokal
anonymous_enable=YES # aktifkan user 'anonymous'
anon_root=/repo/ftp.itb.ac.id/pub/OpenBSD/4.8/packages/i386 # aku simpannya di HDD macam begini


Jalankan vsftpd dengan:
vsftpd & (enaknya di BSD kalau proses background udah nohup), kalau sudah bener di klien kalau browse ke ftp://host-server-ftp/ bakal tampak isinya repo itu.

Setelah reponya siap, si klien tinggal:
export PKG_PATH=ftp://host-server-ftp-sendiri
pkg_add -v -r -i nama-paket-paket


_____
Semoga ga makin ga jelas yang baca. Maaf karena tulisannya kacau, maklum dokumentasi terburu-buru.

July 2

2 Juli tahun ini merupakan hari yang bakal (lebih) spesial dari 2 Juli tahun-tahun sebelumnya.

Alasannya:
- ulang tahun salah satu temen (tahun sebelumnya alasannya cuma ini),
- gelaran Tour de France
- rencana mau beli sepeda, YAY!

Kartini

Selamat Hari Kartini, semoga perempuan sekarang tidak sekedar 'Kartini-kartinian'.

Clementine 0.7.1

Setelah berjuang berpeluh melengkapi dependensi buat barang satu ini, terutama: liblastfm, boost (ngambil dari Slackware64 13.1), gstreamer, gst-ffmpeg dan gst-plugin-[good-ugly-bad], akhirnya aku punya music player yang dewa di Salix.


Nice, no? Bikin kangen sama Amarok 1.4 yang dulu (waktu komputer 8 di Lab Informatika dan Komputer Teknik Elektro masih dualboot sama Slackware 13.1)

One liner shell of the day : #7

Kalau kita main di BSD, menjalankan aplikasi secara background dan tidak tersambung dengan terminal session itu (relatif lebih) mudah: tinggal tambahkan & (baca: ampersand, bukan "dan"). Aplikasi segera dijalankan dengan menghiraukan SIGHUP.

Pendekatan daemonizing yang biasa dilakukan di Linux dijalankan melalui start-stop-daemon (biasanya di keluarga Debian) sering kali bikin repot, dan ada solusi yang lebih mudah:

nohup apa-yang-dijalankan-di-sini > sini-lognya &

Malas ah jelasinnya, maaf, ya :(

One liner shell of the day : #8

Gara-gara mau narsis gara-gara namatin Pokemon Black, aku pengen upload videonya waktu masuk Hall of Fame di Pokemon League. Mainnya sih di Windows pakai DeSmuMe, tapi kan sehari-hari pakai Linux (Zenwalk yang lagi-lagi belum sempat naik pangkat).

Hasil jepretan video dari DeSmuME sih jahat banget, ~700 MB untuk 40 detik! Aku tentunya butuh kompres tuh video buat diupload ke t.ub.

Setelah baca di: mencoder di linuxforums, manual mencoder di mplayerhq
jawabannya sederhana aja:

mencoder videobesar.avi -oav lavc -oac lavc -o videokecil.avi

Done! Sayangnya lavc kadang jelas kadang engga kebaca di VLC, kalau di mplayer sih oke-oke aja.
(ntar videonya aku update linknya di sini kalau udah muncul dari t.ub)

_____
(mana "one liner shell of the day" yang nomor 7? hehe, belum sempat aku publish--masih draft)

Pipa Ledeng Nyetrum

Ga tahu post yang ini sebetulnya apa, entah mau pamer multimeter baru (kekeke) atau memberitakan sistem ledeng dan distribusi listrik di rumahku dah kacau. Ga tahu siapa yang harus disalahkan untuk masalah ini.


Tuh, bacaannya 122 V, itu diset untuk batas bacaan 600 VAC (maklum kamera hapeku jelek jadi ga kelihatan indeksnya). Referensinya (COM, ground, null, ato apalah disebutnya) aku ambilkan dari tanah di sekitarnya langsung.

Whaaa!
Kalau pipa ledeng bisa nyetrum (itu sampai di sekitar pipanya kerasa hangat, lho!), siapa tempat aku harus melapor dulu:
- PLN: lapor ada kebocoran tegangan (lumayan tinggi) nyamber pipa ledeng,
- PDAM: istalasi pipanya nyerempet listrik bertegangan (lumayan tinggi),
yang mana, ya?

Java vs Qt: basic GUI and layout

Nah, menanggapi post sebelumnya yang berkaitan keharusan saya berjibaku dengan Java, saya jadi pengen membanding(-bandingkan) Java dan Qt yang notabene lebih lama saya bermain di dalamnya. Semua tentunya jalan di atas Linux (Zenwalk 6.4 yang belum kesampaian upgrade ke 7.0), Java pakai IDE Netbeans 6.9.1 di JDK 6u24 dan Qt pakai Qt Creator 2.0.1 di Qt 4.7.





"Hello, World" pakai GUI di Java.





"Hello, World" pakai GUI di Qt.




Nah, kan waktu kuliah juga dibebani tugas semacam form untuk memasukkan nama, NIM, dan kelompok, ada button "OK" dan "Cancel".

Begini kalau bikinnya di Java, untuk JLabel dan JTextField dimasukkan dalam GridLayout, yang bawahnya (bagian JButton) pakai BoxLayout.





Yang ini bikin di Qt, lebih simple pakai QHBoxLayout sama QVBoxLayout aja.


Kalau butuh kodenya silahkan diculik dari sini:
Hello World (Java),
Hello World (Qt),
Form (Java),
Form (Qt).


Aku sih dikasih apa aja mau, tapi menurutku Qt lebih cute (namanya aja udah begitu. hehe).

Intel STS (Science Talent Search)

Kalau kita bicara talent search di Indonesia, rasa-rasanya ga jauh-jauh dari menyanyi, menari, reality show, sulap, atraksi dan semacamnya. Nampaknya kita harus lebih banyak bercermin, media publikasi untuk talent tidak seharusnya terus-terusan berkutat di dunia entertainment. Kick Andy! dan BLACK Innovation Awards yang jadi pelopor acara yang berbau inovasi sih bagus, tapi menurutku bukan macam talent search.


Intel STS, adalah cara yang diadakan tahunan, bergelut di bidang sains di mana anak usia SMA (16-19 tahun) mempresentasikan riset yang berkaitan dengan sains. Tentunya karena sponsornya Intel, hadiahnya ga main-main.
And here's the list of 2011's edition: Intel STS 2011 winners.
- Evan O’Dorney (17), #1. Dia melakukan riset dua algoritma untuk menentukan akar kuadrat (yang aku masih bingung itu bagaimana); hayoo, anak Ilmu Komputer ga malu sama anak 17 tahun?
- Michelle Hackman (17), #2, Penelitiannya bertema ketergantungan remaja (putri) dan telepon seluler. Nah, lo?!
- Matthew Miller (18), #3. Perancangan desain baling-baling turbin Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Kali ini yang kena "apa gak malu" anak Mesin, ya?
- Jenny Liu (18), #9 (cakep pula!). Penelitiannya tentang interaksi robot dan manusia yang lebih manusiawi (macam yang populer di Jepang begitu). Walau aku bukan penggiat Robotika, yet I've to admit it's quite advanced robotics engineering done by teenanger.

Kalau aku? Kamu? :)

Sendai Earthquake

Sendai Earthquake
Bencana itu bisa menimpa siapa saja, kapan saja, di manapun.

انّا للّه و انّا اليه راجعون

Semoga semua diberi ketabahan.

Keep silen(ce||t)!

Baru-baru ini di lingkungan Teknik Elektro, di depan ruangan kuliah ada poster yang ditempel, isinya himbauan agar mahasiswa tidak berisik saat menunggu dosen (yang terkadang datang telat).

Keep Silence
Ini poster (atau apalah disebutnya) yang ditempel di depan ruangan-ruangan kuliah.

Nah, aku jadi miris kalau begini. Yang pertama: kenapa grammar-nya kurang cocok, dalam konteks ini bukannya "Keep Silent" lebih sesuai? Yang kedua: kenapa harus menggunakan bahasa Inggris yang terkesan setengah hati, apa yang kurang dengan bahasa Indonesia?

Yah, semoga (menunggu) kuliah lebih tertib setelah ini. :D

(first time) Java on Linux ~= mild headache

Nah, saya yang selama ini mainnya cuma di C dan C++ (dan itu juga belum pinter-pinter), sedikit Perl dan shell-scripting, dan ingin segera merambah Python, semester ini saya harus berjibaku dengan Java.

Kuliah hari ini isinya bikin aplikasi CUI (character user interface) "Hello World" di Windows, di akhir kuliah ditekankan segera dicoba sendiri. Kalau aku sih gengsi kalau ga coba di Linux :)

Setelah download JDK buat Linux dan baca sedikit tutorial.

Kodenya sederhana, disimpan jadi file Hello.java
public class Hello {
public static void main(String[] args) {
System.out.println("Hello, World");
}
}


Compile:
$ javac Hello.java

Nah, waktu jalankan ini beda. Kalau waktu kuliah tadi bakal muncul file executable dengan nama Hello tanpa ekstensi apapun (dengan langkah kompilasi yang sama persis), di Linux malah keluar file class Hello.class. Eh, ternyata cara jalankannya cukup:
$ java Hello

Sakti!!! File Hello itu memangnya ada di mana? JVM emang sakti.

Hasilnya seperti ini:


Kesimpulan pribadiku: ( Liyan && Java ) == unyu-unyu
_____
NB: saya ga punya akun twitter (bahkan facebook)

One liner shell of the day : #6

Nah, ceritanya dari dulu laptopku kan ada tomboh "Fn + F8" yang digunakan untuk fungsi toggle mute/unmute speaker. Karena dari dulu belum di-map, hari ini iseng-iseng aku cari kontrol amixer buat fungsi tombol ini. Setelah baca manual bentar dan bertanya sama Mas Google, jawabannya sebetulnya sederhana (dan kopok):

Cari kontrol di alsamixer yang ada switchnya, aku pilih kontrol "Speaker" (soalnya cuma mau mute/unmute speaker aja)
Dan... our one liner today:
amixer set Speaker toggle

Tinggal di-map buat tombol XF86AudioMute, deh!

spare me some b/w

Kejadian ini terjadi kemarin dari sekitar 8.00 sampai 22.00.


Nah, lo! Usut punya usut, kejadian ini terjadi karena:
- Fakultas Teknik (bukan Elektro) emang rame yang download (hahai!) ~12Mbps average ,
- Perpustakaan, FTP, Kedokteran, Sakri, SC, Rumah Pintar, juga main download juga ~12Mbps average,
- Widyaloka, Fakultas Ekonomi juga main ~12MBps average,
- Ilmu Tanah, Sosek, Fakultas Pertanian, HPT juga main ~12MBps average

Nah, dari ASTINet habis juga kalau begitu.

Moonshine di Julia

Cuma mau pamer audio player yang baru kupasang, Amarok 2.3.2 (Moonshine) dipasang di LinuxMint 10 (Julia), setelah apt-get install amarok dari kambing.ui.



Sebetulnya ada beberapa masalah yang aku (masih) temui:
1. karena desktop environment yang aku pakai GNOME, si Amarok jadi ga bisa ganti penampakan (sejak versi 2 sudah ikut temanya KDE, sih!),
2. GStreamer yang sebelumnya sudah ada, ga bisa diintegrasikan jadi back-end Amarok, jadi install xine dan libxine1-ffmpeg-nya sekalian,
3. lihatnya ribet, ada window macam-macam: source, playlist, context yang terpisah (tapi oke, lah! namanya juga belajar pakai).

Yet, overall it's great! (daripada banshee :D ) Sayangnya Amarok 2.4 (Sliptream) adanya cuma masih dari ppa-kubuntu, sing iki wae wis turah-turah, kok!

One liner shell of the day : #5

Let's get straight to the point, saya pengen bisa ngetik huruf Hijaiyah di komputer pake Linux.

setxbmap -layout ar
Maksudnya ar itu layout keyboard xkb Arabic.

Kalau mau balik ke huruf biasa tinggal:
setxbmap -layout us
Tentunya maksudnya "United States (English)"

teubSQL

Cuma mau iseng bagi-bagi source code tugas kuliah Basis Data, walaupun jadinya lebih banyak ke Algoritma dan Struktur Data Dasar (lumayan buat contekan anak semester 3 atau 4 :D ).

Ceritanya dibebani tugas buat aplikasi DBMS sederhana, isinya interpreter SQL-nya (yang dibuat semirip mungkin sama mysql) yang wujudnya fungsi parser sederhana, container buat record yang disimpan (aku buat linked list linear), sama fungsi-fungsi yang menjalankan masing-masing query SQL.

Source culik aja dari sini, semoga bisa bermanfaat.
_____
BTW, Pak Aswin emang revolusioner kalo ngajar. :D

One liner shell of the day : #4

Belakangan ini jadi butuh aplikasi remote desktop di Linux soalnya komputer di lab yang aku titip download pakai Ubuntu, VNC tentunya protokol yang paling bersahabat. Aplikasi yang aku pakai TightVNC buat bagian client dan x11vnc buat bagian server.

Nah, vncserver jeleknya dia aslinya bukan daemon (padahal server-oriented banget), juga sekali dipakai konek dia langsung terminate.

Solusinya biar ga mati habis ada client yang habis buka VNC tentunya x11vnc tersebut dibikin rasa daemon, bukan?

Yang pertama aku bikin skrip shell:
vnc.sh
#!/bin/bash

while [ 1 ];
do x11vnc --passwd passwordvncku
done;


And our one liner today:
start-stop-daemon -b --start --exec /home/lasif-duabelas/vnc.sh

Yay!! Ga perlu buka session SSH tiap mau VNC-an. :D