Bersama Rindu Bersama

Segelintir dari kita rindu untuk ditemani, menunggu sapaan "Kamu seharusnya tidak sendiri, kamu tidak seharusnya sendiri."

Segelintir dari kita merindukan sebagian yang lain dari kita, mengutarakan, "Mari kita bersama..."

Sebagian dari Mereka yang bijak memberi nasihat "Kalian [berdua] seharusnya ditempa menjadi satu."

--dari aku yang mengatasnamakan kita, dari kita yang belum menjadi kami, dari kami yang rindu bersama, dari kami yang Kalian rindukan bersama Mereka.

--dari saya yang sekarang menangis.

Aku yang sederhana cuma menunggu "yuk, kutemenin."

Jumat-Kamis Baper

Masjid Miftahul Huda Sudimoro dan Balai Kelurahan Mojolangu nampak bersekongkol di Jumat yang penuh berkat ini. Masjid biasanya puter murrotal sebelum jam shalat, tapi lha ya kok di kesempatan kali ini kok macam nyindir banget. Begitu speaker nyala, isinya:

(ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة إن في ذلك لآيات لقوم يتفكرون)

Asem, diulang paling engga tiga kali pula. Padahal khutbahnya isi Uswah Hasanah Nabi yang ga punya dengki.

Di Balai Kelurahan juga ada nikahan warga RW6 (atau RW7?). Lamaran dan akad ditunaikan di waktu Dhuha, sajian makanan dilenyapkan lepas shalat Jumat. Sungguh format kegiatan yang cantik, mangkus, dan sangkil.

Sehari sebelumnya, Kamis pagi, saya mampir ke Keluarga Anik (padahal ga ad yg namanya Anik di keluarga ini), curhat colongan mengenai seorang cewe yang begitu rendah hati, juga mendengar nasehat apa itu jujur dan asa buat SO kita.

Sorenya saya sowan ke Arwana Studio. Salam yang diutarakan lepas nyelonong pagar dijawab oleh sosok wanita yang sebelumnya tidak aku kenal di rumah itu, tapi aku tahu betul kami menunggu orang yang sama pulang dari bengkel, yang aku panggil "Kak", yang dia panggil "Mas".

Pulang adalah bertemu dengan keluarga, dengan apa-apa yang dibawa dan tidak dibawa, kali ini yang tersirat adalah Dek SO. Mungkin saya agak melebih-lebihkan, tapi sungguh yang seperti punggung tangan kiri takdir menampar saya.

Saya pernah curhat colongan sama cewe waktu backup data dari laptopnya ke flashdrive (yang alhamdulillah jadi lama banget gegara flashdrive dengan kontroller innostor memilih bekerja perlahan-lahan). Kekhawatiran saya untuk tidak pulang adalah karena potensi ketidakmampuan saya bertanggung jawab atas potensi saya untuk menikah, atau paling tidak menunjukkan niat yang benar terlepas titik dan garis kendala waktu, tempat, dan lainnya. Si cewe dengan laptop tadi agaknya gagal paham dan kurang menunjukkan empati; walau simpatinya cantik banget, begitu juga orangnya.

Sampai di sini, saya masih cuma bisa بسم الله thok wis, nulis ceracau ini sambil senyum mangga madu masak pohon, sambil makan jeruk.