apa kita perlu Tuhan?

Diskusi Noel dan Rifan ini rasanya relevan buat beragam orang, Boy.

Keterbatasan pendekatan empiris/ilmiah terhadap Tuhan menyebabkan beberapa orang yang tidak bisa menggapai [konsep] Tuhan. Tuhan selama ini kita hanya dekati melalui bentuk sastra, ketokohan, iman, dan nilai-nilai kemanusiaan (seperti yang Rifan contohkan).
 
Narasi surga dan neraka, walau dapat kita temukan dalam kanon berbagai agama, masih belum ada bukti persaksian yang cross-verifiable: makhluk-makhluk di surga-neraka dan tidak di surga-neraka bisa saling berinteraksi secara reliably dan repeatably. Kalaupun ada yang katanya bisa, kadang kita labeli klenik, dukun, supranatural, wali, dan lainnya.

Secara praktis kita bisa saja menjadi orang yang baik, rukun, etis, harmonis, kinyis-kinyis tanpa berpegang pada konsep-konsep di sekitar ketuhanan dan dogma-dogma lain dalam lingkup agama. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, agama --sebagai kompilasi budaya kemanusiaan-- memberikan kerangka bertindak yang good enough.

Yah, namanya juga agama itu diemban dengan iman. Yang hendak beragama, beralih agama, atau mengukuhkan [kembali] agamanya, tentunya ada rasa bergolak naik-turunnya iman. Kalaupun Tuhan tidak terjelaskan buat kita, rasanya beriman kepada kemanusiaan juga ndak buruk. Walau narasi agama saya bilang bahwa Tuhan adalah Raja Kemanusiaan juga :)

1 rants:

ilham mengatakan...

narasi yang bagus terima kasih telah berbagi

Posting Komentar