Balaikambang belum purna

Muda,
sedikit keblinger, tapi berusaha jujur.
Tatap siluet rembulan yang belum tampak,
mendung.
Cermat-hitung terukur,
cerah.
Kepala tidak lebih dulu dari kaki dan tangan,
payah.
Pasir dan laut,
kayuh.

Gubug doa dan sujud menyambut dengan air,
dan berkumpul.
Lalu air lagi.
Muka gubug doa yang lain membawakan air manis,
dalam kantung,
dingin,
berbumbu senyum ramah.

Kita lalu lemah,
sungguh daya datang dari Tuhan,
Bentuknya api, logam, dan kayu,
bukan congkak dan sombong,
bukan kekuatan dan keberadaan.
Bentuknya pasrah dan terima kasih.

Puji Tuhan, kita masih disambut rumah.

0 rants:

Posting Komentar