Warnamu Buatku

Pada kesempatan-kesempatan saat Tuhan mempertemukan kita
aku lebih sering terlalu lelah untuk bertengkar dengamu
dengan kata-kata dari lisan,
dengan genggaman di pergelangan tanganmu yang pula menggenggam,
dengan deretan karakter digital,
dengan pelukan gemas yang meliputi punggung dan lenganmu,
dengan cekikan lembut di lehermu.
Aku hanya duduk memandangmu,
memikirkan dan berdoa untuk apa yang baik buatku darimu.

Di masa-masa saat kita bersama
aku masih sibuk dengan permainanku sendiri, begitu pula denganmu
melakukan berbagai hal dengan bermacam warna
yang kita juga belum tahu arti warna-warna tersebut.
Aku hanya berlari-lari menjejakkan warna-warna
sementara belum tahu apa yang benar-benar baik buatku

Pada saat Tuhan menyatukan nama kita
aku harap aku hanya bersyukur
bahwa seseorang begitu suka dengan jejak-jejak warnaku yang kusam.
Merah yang kusam,
hijau yang kusam,
biru yang kusam,
beradu jadi satu.
Kita semua berdoa untuk apa yang baik buat kita.

Di masa-masa saat kita terpaksa bersama
karena nafas kecil yang baru dari warna putih kusam,
kamu memukul-mukul genderang dunia
dan aku memukul genderang yang lebih kecil.
Aku tuli nada dan tidak dapat merasakan ritmenya
tapi aku tahu keselarasannya masih ada
karena memang begitu seharusnya.

Di saat warna-warna tesebut hanya tinggal bayang-bayang
orang-orang berdoa untuk kita
dan aku berharap aku masih berdoa
apa yang baik buatku, buatmu, buat kita semua.

0 rants:

Posting Komentar