Bootloader: Grub over Lilo

Kali ini aku merasa GRUB menang dari LILO. Ya, jawabannya memang sederhana: LILO lebih sederhana jadi lebih gegas dan mudah, sementara GRUB lebih kompleks (konfigurasinya aja udah sedikit kaya baca kode fungsi program C)

Masalah yang kutemui dengan LILO:
Aku tukar-cabut HDD (PATA) di komputer, padahal saat instalasi HDD primer adalah HDD lain (SATA). Karena parameter yang statis buat bootloader, HDD primer itu yang PATA, yang sekunder SATA, jadi bootloader bisa ambil kernel, tapi userlandnya salah :( Terus panik, dah!
bahasaku di paragraf atas panik juga, ya?

Menurutku ada beberapa solusi yang feasible buat memperjuangkan LILO:
- taruh image kernel (dan initrd jika perlu) di partisi lain (eg: kernel yang boot HDD SATA aku taruh juga di HDD PATA),
- boot dari device yang ga berkaitan sama sekali dengan dua HDD itu (eg: UFD). Toh kernelnya harus ditaruh situ semua,
- compile kernel yang pinteran, ie: bisa dipake Slackware, Arch, sekaligus Fedora (opo tumon?),
- salin semua isi HDD PATA, jual tuh HDD, beli HDD SATA yang baru.
Tapi dari beberapa alternatif di atas rasanya semua kurang kerjaan banget (2 terakhir khususnya).

Solusinya: GRUB. GRUB lebih pintar baca informasi-informasi dari tiap HDD, jadi dia lebih konsisten. Apalagi dibantu sama grub-install, grub-mkconfig, dan teman-temannya; pasang bootloader jadi kerasa ajaib. :D

Tapi untuk bebapa kondisi, eg: di laptop(ku), LILO skenario yang paling cocok buatku karena HDD ga bakal dicampur aduk dan LILO lebih sederhana.
_______
PS: A780-ku masih pakai gen-blob tercinta

0 rants:

Posting Komentar